Sejak kecil, kehidupan Risa Suseanty sudah lekat
dengan olahraga. Risa kecil selalu menyukai pelajaran olahraga, bahkan semenjak
duduk di taman kanak-kanak.
“Pas TK, kalau lagi SKJ (Senam Kesegaran
Jasmani, -red) aku selalu paling depan pegang peluit. Kalau pelajaran olahraga
di SD tiap Jumat, aku juga selalu semangat dan serius banget,” aku Risa. Tak
heran, Risa pun telah menjadi atlet bulu tangkis sejak usia tujuh tahun.
Awal karir
Awal karir
“Setelah dari umur tujuh tahun di bulu
tangkis, kelas 2 SMP aku pindah ke sepeda,” kisah perempuan kelahiran Bandung
ini. Ia beralih jenis olahraga karena merasa bosan dengan arena latihan bulu
tangkis yang monoton. Sedangkan di bidang olahraga sepeda, terdapat berbagai track untuk latihan. “Aku memang tertarik sama
alam dan gunung, jadi senang banget kalau latihan sepeda. Bisa jalan-jalan
karena tempat latihannya beda-beda,” tuturnya. Selain itu, menurut Risa, sudah
banyak sekali pesaing di bulu tangkis. Jika lengah sedikit, banyak atlet bulu
tangkis lain yang akan mengungguli.
Uniknya, saat Risa memutuskan untuk
pindah haluan, ia langsung mengikuti kejuaraan. Risa bercerita, “Pertama kali
pindah ke sepeda langsung ikut kejuaraan nasional dan langsung juara dua. Waktu
itu aku kelas 2 SMP dan ikut karena iseng.” Pada lomba pertama itu, Risa
mendapatkan uang Rp 250.000, sebuah nominal yang cukup besar untuk tahun 1993.
“Senang banget saat itu, aku langsung beli sepatu impianku yang harganya cukup
mahal,” kisah Risa.
Usai kemenangannya yang pertama, Risa
bersemangat untuk menekuni olahraga sepeda. Gayung bersambut, Ratna Riantiarno,
seniman yang menjadi penyelenggara kejuaran pertama Risa, kerap menawarinya
untuk mengikuti berbagai kejuaraan sepeda. Perlahan, Risa mulai meninggalkan
dunia bulu tangkis. “Awalnya aku masih menjalani dua-duanya, baik bulu tangkis
maupun sepeda. Tapi lama-lama capek,” ungkap perempuan yang mengidolakan Susi
Susanti ini.
Risa yang kala itu bersekolah di SMP
Labschool Jakarta, sudah terkenal sebagai seorang atlet di kalangan guru-guru
dan teman-temannya. Ia beruntung karena pihak sekolah selalu mendukungnya. Di
antaranya, setelah ikut kejuaraan di Australia pada 1994, pihak sekolah
memanggilnya saat upacara bendera. “Tapi aku harus tetap menjaga nilai dan
enggak ada keistimewaan apa-apa. Aku juga pernah dipanggil saat nilaiku turun,”
kenangnya saat dihubungi CareerNews, pada
Kamis (3/7) lalu.
Memilih downhill
Risa mulai menekuni kejuaraan sepeda
jalur cross country tetapi akhirnya beralih ke downhill. Downhillmerupakan sebuah kegiatan yang
dilakukan dari tempat yang memiliki ketinggian tertentu dengan cara bersepeda
dan menurun ke bawah.
“Pertama kali masuk ke jalur downhill itu 1996, aku ikut All One Championship
Asia,” kata Risa. Saat itu Risa mengikuti dua jalur kejuaraan sekaligus, cross country dan downhill. Tak
disangka, di kedua jalur tersebut ia menuai prestasi di peringkat yang sama,
yakni peringkat kelima. “Setelah itu aku lebih memilih downhillkarena jalurnya yang lebih mudah dan tidak
menyita waktu, meski kadang aku juga masih main cross country,”
ucap istri dari Steven Wong, atlet sepeda asal Hongkong ini.
Hingga kini, Risa pun dikenal sebagai
Ratu Downhill Indonesia dan ikon atlet sepeda perempuan di Indonesia. Berbagai
kejuaraan telah Risa ikuti. Namun yang paling berkesan ialah saat mengikuti SEA
Games ke-26 pada 2011 di Jakarta-Palembang. “Dulu aku pernah main saat SEA
Games 1997 di Jakarta dan mendapat emas. Sangat terharu saat 15 tahun kemudian
aku masih bisa dapat emas dan tempatnya di Jakarta lagi,” cerita Risa.
Risa mengaku, ia kerap kali dilanda
kejenuhan dan rasa ingin berhenti menjadi atlet. “Biasanya perasaan seperti itu
muncul kalau lagi capek atau cidera. Sedih banget memang kalau cidera itu,
melihat orang lain latihan dan kita tidak bisa latihan,” ungkap Risa yang
pernah cidera parah patah tulang rusuk. Namun Risa selalu menyemangati dirinya
dengan hal-hal menyenangkan yang hanya bisa ia dapatkan saat menjadi atlet.
“Momen tak terlupakan saat menjadi atlet adalah berdiri di podium dengan
diiringi lagu Indonesia Raya dan pengibaran bendera merah putih. Hal itu yang
selalu dirindukan dan diingat ketika sedang down,” pungkas Risa.
Perlunya kedisiplinan
Perlunya kedisiplinan
Tahun ini, Risa sedang mengurangi
aktivitasnya menjadi atlet sepeda karena baru saja terkena cidera bahu. Selain
latihan, Risa bersama suaminya sedang sibuk mengurusi bisnis baju dan spare part sepeda. Perempuan berambut pendek ini
juga menjadi Program Development di
Wimcycle Surabaya, mengurus event,dan juga
melakukan evaluasi produk di akhir tahun. “Karena sepeda mungkin sudah duniaku,
jadi kegiatanku di bidang lain tak jauh-jauh dan selalu berhubungan dengan
sepeda,” tambahnya.
Menurut Risa, seorang atlet harus pandai
memanfaatkan peluang usaha dan berinvestasi. Ia pun menyarankan untuk tetap
sekolah dan memiliki rekam jejak akademis yang baik. “Kalau sudah pensiun,
terus akademis jelek, mau jadi apa? Walau perhatian pemerintah sudah cukup
bagus sekarang, atlet sendiri yang menentukan masa depannya,” ungkap Risa yang
menjadi sarjana ekonomi dari STIE Dharma Agung, Bandung.
Perempuan kelahiran 25 Oktober 1980 ini
sangat bersyukur menjadi seorang atlet. Ia dapat menjadikan hobinya menjadi
sebuah pekerjaan, dan ia pun dapat membanggakan Indonesia. Risa berpesan, semua
orang dapat menjadi atlet. Hanya saja, ada beberapa cabang olahraga yang harus
dilatih sejak dini. “Kalau sudah lewat 20 tahun, ada beberapa cabang olahraga
yang sulit ditekuni, seperti renang, bulu tangkis, dan tenis, itu harus sedari
dini latihannya,” tuturnya.
Jika ingin menjadi atlet sepeda, tidak
ada batasan umur. Namun orang itu harus sudah terbiasa olahraga dan latihan
fisik. “Yang penting saat menekuni sesuatu itu harus disiplin. Dan menjadi
seorang atlet itu harus rela latihan berkali-kali lipat lebih banyak daripada
yang menjadikan olahraga sebagai hobi,” tutup Risa.
Risa telah membuktikan bahwa kerja keras akan selalu berbanding lurus dengan kesuksesan. Nah, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga sudah bekerja keras untuk menggapai mimpi? [CN]
Risa telah membuktikan bahwa kerja keras akan selalu berbanding lurus dengan kesuksesan. Nah, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga sudah bekerja keras untuk menggapai mimpi? [CN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar